Selasa, 19 Oktober 2010

Distribusi Probabilitas Variabel Acak Diskrit – Distribusi Binomial

Suatu distribusi binomial dapat digunakan dengan tepat dalam suatu eksperimen binomial

Eskperimen Binomial:
Setiap percobaan/trial, hanya dapat menghasilkan satu dari dua hasil yang mungkin, sukses atau gagal

Probabilitas sukses p, dan demikian pula probabilitas gagal q = 1 - p selalu tetapdalam setiap percobaan (trial)

Setiap percobaan/trial saling bebas secara statistik, yang berarti hasil suatu percobaan tidak berpengaruh pada hasil percobaan lainnya

Jumlah percobaan n adalah konstanta yang telah ditentukan sebelumnya (dinyatakan sebelum eksperimen dimulai)

Probabilitas Binomial

Dalam sebuah eksperimen binomial dengan n percobaan (trial), dimana p adalah probabilitas sukses dan q = 1 – p adalah probabilitas gagal dalam sekali percobaan, maka probabilitas variabel acak X yakni banyaknya x sukses yang terjadi pada n percobaan tersebut dapat dihitung dengan :
nCx = kombinasi dari n obyek yang setiap kali dipilih x obyek




Distribusi kumulatif dari probabilitas binomial :


Senin, 18 Oktober 2010

Pemilihan Material Dalam Desain Mekanikal

1.1. Pendahuluan dan Ringkasan
Design adalah satu kata yang mempunyai banyak arti bagi setiap orang. Setiap benda yang hasil buatan pabrik seperti topi seorang wanita sampai ke gearbox yang berminyak bisa disebut sebagai design. Atau bahkan bisa berarti lebih luas lagi. Alam bagi beberapa orang adalah suatu desain tuhan, sedangkan bagi beberapa orang lain adalah design akibat seleksi alam, yaitu genetic algorithm yang sempurna. Karena itu kita harus menyempitkan pembahasan kita tentang desain.


Komponen-komponen mesin mempunyai massa, membawa beban, menghatarkan panas dan listrik, diletakan pada lingkungan yang korosif dan mengalami kehausan, terbuat dari satu atau lebih material memiliki bentuk dan harus dibuat pabrik ( gambar 1.1 ).


Material punya batasan pada design awalnya ketika manusia membuat pakaian, pemukiman, dan alat perang, desain material yang digunakan masih terbatas. Tapi sekarang material dan proses untuk membentuknya sedang mengalami perkembangan yang cepat dibandingkan dengan waktu sebelumnya dalam sejarah, tantangan dan kesempatan yang ada di zaman sekarang ini lebih besar daripada sebelumnya.


1.2. Material dalam desain
Desain adalah proses menterjemahkan ide-ide baru atau kebutuhan pasar menjadi informasi detil suatu produk dapat dibuat. Setiap langkah-langkah design membutuhkan keputusan untuk menggunakan material apa dalam membuat produk tersebut dan proses pembuatannya. Umumnya pemilihan material itu ada didalam standard design. Tetapi kadang-kadang suatu produk baru atau kelanjutan dari produk sebelumnya dapat dibuat atau disarankan untuk dibuat dengan material baru. Jumlah material yang tersedia untuk kebutuhan para engineer sangat banyak, antara 40000 – 80000 jenis. Dan walaupun adanya standarisasi telah mengurangi jumlah ini, munculnya material-material baru dengan sifat yang lebih baik bahkan menambah jumlah material.


Karena itu bagaimana caranya seorang engineer memilih material yang paling cocok dengan kebutuhannya? Apakah dia harus bergantung kepada pengalaman, atau adakah suatu prosedur sistematis yang dapat disusun untuk membuat suatu keputusan rasional. Jawaban pertanyaan ini bergantung kapada tingkatan desain yang telah dicapai. Pada mulanya suatu desain memiliki banyak pilihan, semua material harus diperhatikan. Seiring dengan makin focusnya desain kriteria pemilihan material makin ketat dan akhirnya makin sedikit daftar material yang sesuai dengan desain. Kemudian data – data yang akurat tentang material dibutuhkan dan suatu cara lain dalam menganalisa pemilihan material harus digunakan. Pada tahap akhir suatu desain, dibutuhkan data-data yang presisi, tapi hanya untuk beberapa material saja. Prosedur – prosedur tersebut harus melibatkan pilihan awal yang banyak kemudian menyempitkannya hanya tinggal beberapa lalu kalkulasi desain akhir dilakukan berdasarkan detail dan presisi pilihan-pilihan tersebut.

Pemilihan material juga bergantung kepada proses pembentukan, penyambungan, penyelesaian akhir material, dan perlakuan-perlakuan lainnya, Pemilihan material dan pemoprosesan material membutuhkan biaya. Dan harus disadari juga, desain yang bagus secara teknis tidak cukup untuk menjual suatu produk. Hampir semua produk, mulai dari peralatan rumah tangga hingga automobile dan pesawat terbang, membutuhkan pertimbangan atas factor-faktor yang dapat memberikan kepuasan kepada pengguna, seperti, bentuk, tekstur, warna, dan lain-lain. Aspek estetika ini (disebut juga desain industrial) tidak dimasukan kedalam kurikulum jurusan teknik, tapi jika diabaikan membuat suatu prabrik kehilangan konsumen. Suatu desain yang bagus dan baik juga dapat memberikan kepuasan.


Pemilihan desain hampir selalu berkesinambungan.permasalahan desain tidak memiliki suatu solusi yang tepat, waktu adalah solusi yang lebih baik dari sebelumnya. Ini berbeda dengan permasalahan-permasalahan analisis yang digunakan dalam mengajarkan mekanika, struktur, thermodinamika, atau bahkan material yang biasanya memiliki suatu jawaban tunggal yang tepat. Jadi, peralatan pertama yang dibutuhkan seorang engineer adalah pikiran yang luas yaitu suatu kemauan untuk memperhatikan segala kemungkinan. Ibarat jaring yang ditebarkan dapat menjaring banyak ikan, dibutuhkan suatu prosedur dalam menyeleksi mana yang baik dan mana yang kurang baik.


Aspek material dalam proses design sangat diperlukan.Ini juga dikembangkan suatu metodelogi yang jika digunakan secara sesuai dapat menjadi petunjuk dalam menentukan keputusan sulit yang dihadapi seorang desainer. Mereka memetakan material dan langkah melakukan proses pemilihan diantara yang terdapat ditanah, jadi untuk dibicarakan dan survey sederhana untuk menentukan pemilihan terhadap matarial yan potensial. Pengenalan tentang material dan proses diberikan, kemudian pembahasan tentang grafik pemilihan material dan proses yang mempermudah tahap pertama pemilihan material. Hubungan antara material dan bentuk juga dibahas, juga permasalahan optimisasi keseimbangan performance dan biaya. Kemudian dibahas permasalahan menemukan data sifat-sifat material dan atribut proses, karena tanpa data-data ini metode – metode desain tidak akan dapat diterapkan. Peran estetika dalam engineering juga dibahas. Factor yang menggerakan perubahan dalam dunia material diberikan. Apendiks berisi informasi – informasi yang berguna.


Metodelogi ini memiliki aplikasi lain, yaitu memberikan strategi dalam pengembangan material, khususnya komposit dan material terstruktur seperti, Pelat penyaringan. Metodelogi ini menjelaskan cara – cara menentukan aplikasi paling sesuai untuk material baru. Dan ini semua dapat diimplementasikan ke computer seperti computer- aided-design, permodelan fungsi, rutin optimasasi, dan lain – lain.


1.3. Evolusi Material Teknik
Sepanjang sejarah, desain material sangat terbatas. Manusia menamakan zaman sesuai material yang digunakan Batu, tembaga, besi. Dan ketika ia mati, material yang dianggap berharga ditanam bersamanya Tutankhamen dengan keeping – keeping kaca berwarna di sarchophagusnya, agamemmnon dengan pedang tembaga dan topeng emasnya, masing – masing mempresentasikan teknologi termutakhir di zamannya.
Jika mereka hidup dan mati sekarang, apa yang kira-kira yang akan dibawa ke kuburnya? Jam tangan titanium mungkin atau raket tennis carbon-fibre reinforced atau sepeda gunung metal –matrix composite atau helm polymer-ethyl-ketone. Ini bukan zaman satu material, pada saat ini terdapat sangat banyak material. Tidak pernah ada zaman dimana evolusi material sangat cepat dan variasi sifat-sifatnya sangat banyak. Daftar material yang tersedia untuk para engineer sangat banyak sehingga seorang desainer yang tamat 20 tahun yang lalu bisa lupa atau bahkan tidak tahu dari setengah dari yang ada dalam daftar tersebut. Tetapi “ tidak tahu” adalah bencana bagi seorang desaineer. Desain inovatip (sering berarti eksploitasi imajinatif terhadaf sifat-sifat yang tersedia pada material baru atau material yang telah dikembangkan lebih lanjut. Dan untuk orang-orang awam bahkan anak-anak sekolah ‘tidak tahu’ berarti telah melewatkan perkembangan yang terjadi pada zaman kita, zaman material mutakhir.


Evolusi material ini digambarkan pada gambar 1.2. material prasejarah (10000 BC, zaman batu) adalah keramik dan gelas, polimer alam dan komposit. Senjata- biasanya ini adalah teknologi yang paling mutakhir-dibuat dari kayu dan batu., bangunan terbuat dari kayu dan batu. Emas dan perak alami ada dilingkungan sekitar mereka tetapi tidak berperan dalam teknologi. Penemuan tembaga dan perunggu dan besi (zaman perunggu 4000Bc-1000Bc dan zaman besi 1000Bc-1620Sm) mendorong kemajuan teknologi, mengganti peralatan dan senjata kayu yang digunakan sebelumnya. Teknologi pengecoran logam (1620Sm) menegaskan dominasi logam dalam teknologi, dan evolusi baja (1850), light alloys (1940s) dan paduan-paduan khusus kemudian menguatkan posisi tesebut. Hingga 1960s,” material teknik berarti logam”. Para engineer diberi kuliah metallurgy, yang lain hanya sekali saja dibahas.


Tentu saja perkembangan material lain berjalan. Semen Portland, refractory, fused silica yang termasuk keramik,dan karet, bakelit hingga polyethylene yang termasuk polymer. Tetapi kontribusinya dipasar material tidak terlalu tinggi. Sejak 1960, semua telah berubah. Laju pengembangan paduan logam baru sekarang menurun permintaan baja dan besi cor dibeberapa Negara bahkan jauh. Industri polymer dan komposit disis lain mengalami perkembangan cepat, dan projeksi pertumbuhan produksi keramik-keramik performa tinggi baru juga menunjukan ekspansi yang cepat.

Minggu, 17 Oktober 2010

RUMAH ADAT JAWA TENGAH



ARSITEKTUR JAWA TENGAH



Arsitektur atau Seni Bangunan yang terdapat di daerah Provinsi Jawa Tengah dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

a. Arsitektur Tradisional,

yaitu Seni Bangunan Jawa asli yang hingga kini masih tetap hidup dan berkembang pada masyarakat Jawa.
Ilmu yang mempelajari seni bangunan oleh masyarakat Jawa biasa disebut Ilmu Kalang atau disebut juga Wong Kalang. Yang merupakan bangunan pokok dalam seni bangunan Jawa ada 5 (lima) macam, ialah :

- Panggang-pe, yaitu bangunan hanya dengan atap sebelah sisi.
- Kampung, yaitu bangunan dengan atap 2 belah sisi, sebuah bubungan di tengah saja.
- Limasan, yaitu bangunan dengan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan de tengahnya.
- Joglo atau Tikelan, yaitu bangunan dengan Soko Guru dan atap 4 belah sisi, sebuah bubungan di tengahnya.
- Tajug atau Masjid, yaitu bangunan dengan Soko Guru atap 4 belah sisi, tanpa bubungan, jadi meruncing.

Masing-masing bentuk berkembang menjadi beraneka jenis dan variasi yang bukan hanya berkaitan dengan perbedaan ukurannya saja, melainkan juga dengan situasi dan kondisi daerah setempat. Dari kelima macam bangunan pokok rumah Jawa ini, apabila diadakan penggabungan antara 5 macam bangunan maka terjadi berbagai macam bentuk rumah Jawa. Sebagai contoh : gedang selirang, gedang setangkep, cere gencet, sinom joglo lambang gantung, dan lain-lain.

Menurut pandangan hidup masyarakat Jawa, bentuk-bentuk rumah itu mempunyai sifat dan penggunaan tersendiri. Misalnya bentuk Tajug, itu selalu hanya digunakan untuk bangunan yang bersifat suci, umpamanya untuk bangunan Masjid, makam, dan tempat raja bertahta, sehingga masyarakat Jawa tidak mungkin rumah tempat tinggalnya dibuat berbentuk Tajug.

Rumah yang lengkap sering memiliki bentuk-bentuk serta penggunaan yang tertentu, antara lain :
- pintu gerbang : bentuk kampung
- pendopo : bentuk joglo
- pringgitan : bentuk limasan
- dalem : bentuk joglo
- gandhok (kiri-kanan) : bentuk pacul gowang
- dapur : bentuk kampung
- dan lain-lain.

Tetapi bagi orang yang tidak mampu tidaklah mungkin akan demikian. Dengan sendirinya rumah yang berbentuk doro gepak (atap bangunan yang berbentuk mirip burung dara yang sedang terbang mengepakkan sayapnya) misalnya bagian-bagiannya dipergunakan untuk kegunaan yang tertentu, misalnya :
-- emper depan : untuk Pendopo
-- ruang tengah : untuk tempat pertemuan keluarga
-- emper kanan-kiri : untuk senthong tengah dan senthong kiri kanan
-- emper yang lain : untuk gudang dan dapur.

Di beberapa daerah pantai terdapat pula rumah-rumah yang berkolong. Hal tersebut dimaksudkan untuk berjaga-jaga bila ada banjir.
Dalam Seni Bangunan Jawa karena telah begitu maju, maka semua bagian kerangka rumah telah diberi nama-nama tertentu, seperti : ander, dudur, brunjung, usuk peniyung, usuk ri-gereh, reng, blandar, pengeret, saka guru, saka penanggap, umpak, dan sebagainya.

Bahan bangunan rumah Jawa ialah terutama dari kayu jati. Arsitektur tradisional Jawa terbukti sangat populer tidak hanya di Jawa sendiri tetapi sampai menjangkau manca negara. Kedutaan Besar Indonesia di Singapura dan Malaysia juga Bandar Udara Soekarno-Hatta mempunyai arsitektur tradisional Jawa.

Arsitektur tradisional Jawa harus dilihat sebagai totalitas pernyataan hidup yang bertolak dari tata krama meletakkan diri, norma dan tata nilai manusia Jawa dengan segala kondisi alam lingkungannya. Arsitektur ini pada galibnya menampilkan karya “swadaya dalam kebersamaan” yang secara arif memanfaatkan setiap potensi dan sumber daya setempat serta menciptakan keselarasan yang harmonis antara “jagad cilik” (mikrokosmos) dan “jagad gedhe” (makrokosmos).

Pada dasarnya arsitektur tradisonal Jawa – sebagaimana halnya Bali dan daerah lain – adalah arsitektur halaman yang dikelilingi oleh pagar. Yang disebut rumah yang utuh seringkali bukanlah satu bangunan dengan dinding yang pejal melainkan halaman yang berisi sekelompok unit bangunan dengan fungsi yang berbeda-beda. Ruang dalam dan luar saling mengimbas tanpa pembatas yang tegar. Struktur bangunannya merupakan struktur rangka dengan konstruksi kayu, bagaikan payung yang terpancang terbuka. Dinding ruangan sekedar merupakan tirai pembatas, bukan dinding pemikul. Yang sangat menarik pula untuk diungkap adalah struktur tersebut diperlihatkan secara jelas, wajar dan jujur tanpa ada usaha menutup-nutupinya. Demikian pula bahan-bahan bangunannya, semua dibiarkan menunjukan watak aslinya. Di samping itu arsitektur Jawa memiliki ketahanan yang cukup handal terhadap gempa.
Atap bangunannya selalu menggunakan tritisan yang lebar, yang sangat melindungi ruang beranda atau emperan di bawahnya. Tata ruang dan struktur yang demikian sungguh cocok untuk daerah beriklim tropis yang sering mengalami gempa dan sesuai untuk peri kehidupan manusia yang memiliki kepribadian senang berada di udara terbuka. Halaman yang lega dengan perkerasan pasir atau kerikil sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan. Sedangkan pepohonan yang ditanam seringkali memiliki sasraguna (multi fungsi), yaitu sebagai peneduh, penyaring debu, peredam angin dan suara, juga sebagai sumber pangan bagi manusia dan binatang bahkan sering pula dimanfaatkan untuk obat tradisional.

Sumber utama untuk mengenal seni bangunan Jawa untuk untuk daerah Jawa Tengah adalah Kraton Surakarta dan Kraton Mangkunegaran. Juga peninggalan-peninggalan bangunan makam kuno serta masjid-masjid kuno seperti Masjid Demak, Masjid Kudus dengan menaranya yang bergaya khusus, Makam Demak, Makam Kadilangu, Makam Mengadeg, dll.
Di samping seni bangunan Jawa asli yang berupa bangunan rumah tempat tinggal, terdapat juga seni bangunan Jawa peninggalan dari jaman Sanjayawangça dan Syailendrawangça, semasa berkuasa di daerah Jawa Tengah. Bangunan semasa itu biasanya menggunakan bahan bangunan batu sungai, ada juga yang menggunakan batu merah, bahan kayu yang peninggalannya tidak kita jumpai lagi, tetapi kemungkinan dahulunya ada.

Fungsi bangunan-bangunan itu bermacam-macam : sebagai tempat pemujaan, tugu peringatan, tempat pemakaman, tempat bersemedi, dan sebagainya. Corak bangunan-bangunan agama itu ada yang agama Budha Mahayana, misalnya : Borobudur. Yang bercorak Trimurti, misalnya : Dieng. Sedangkan yang bercorak campuran dengan kepercayaan daerah setempat, misalnya : Candi Sukuh dan Çeta.

Bentuk Rumah Panggang-pe :
Banyak kita jumpai sebagai tempat jualan minuman, nasi dan lain-lainnya yang terdapat di tepi jalan. Apabila diperkembangkan dapat berfungsi sebagai tempat ronda, tempat mobil / garasi, pabrik, dan sebagainya.

Bentuk Rumah Kampung :
Umumnya sebagai tempat tinggal, baik di kota maupun di desa dan di gunung-gunung. Perkembangan dari bentuk ini juga dipergunakan sebagai tempat tinggal.

Bentuk Rumah Limasan :
Terutama terlihat pada atapnya yang memiliki 4 (empat) buah bidang sisi, memakai dudur. Kebanyakan untuk tempat tinggal. Perkembangannya dengan penambahan emper atau serambi, serta beberapa ruangan akan tercipta bentuk-bentuk sinom, kutuk ngambang, lambang gantung, trajumas, dan lain-lain. Hanya saja yang berbentuk trajumas tidak biasa digunakan sebagai tempat tinggal.

Bentuk Rumah Tajug :
Ciri utamanya pada atap berbentuk runcing, soko guru dengan blandar-blandar tumpang sari, berdenah bujur sangkar, lantainya selalu di atas tanpa bertingkat. Dipergunakan sebagai tempat suci, semisal : Masjid, tempat raja bertahta, makam. Tidak ada yang untuk tempat tinggal.

Bentuk Rumah Joglo :
Memiliki ciri; atap terdiri dari 4 (empat) buah sisi soko guru dengan pemidangannya (alengnya) dan berblandar tumpang sari. Bangunan ini umumnya dipergunakan sebagai pendopo dan juga untuk tempat tinggal (dalem).




B. Arsitektur Modern ;

yaitu seni bangunan yang ada di Provinsi Jawa Tengah yang mempunyai corak campuran antara seni bangunan asli dengan pengaruh seni bangunan luar, atau campuran antara luar dengan luar atau asli luar. Paduan unsur seni bangunan yang satu dengan yang lain ini terutama terlihat pada konstruksi bangunannya, atau pada bentuk atapnya. Dari bagian yang mudah terlihat ini, misalnya pada atap, orang dapat mengenalnya dengan mudah bahwa bangunan itu unsur seninya perpaduan. Jenis bangunan yang termasuk arsitektur modern ini dapat berfungsi sebagai tempat tinggal, rumah ibadah, gedung sekolah, gedung pertemuan, rumah makan, dan lain sebagainya. Sebagai contoh, Masjid Kudus, yang selain berbentuk bangunan Jawa asli yaitu Tajug, juga memiliki menara yang berbentuk bale kul-kul seni budaya Bali, mempunyai pintu gerbang bergaya Persia. Kantor-kantor Pemerintahan peninggalan masa pemerintahan kolonial Belanda banyak yang memiliki pilar-pilar dengan Kapiteel Yonis, Doris atauKornilis.

Monumen-monumen yang termasuk Arsitektur Modern adalah ; Monumen Palagan Ambarawa, Monumen Diponegoro di Magelang, Monumen Tugu Muda di Semarang, dan lain-lainnya.

Tari Kancet Ledo / Tari Gong (SENI BUDAYA DAYAK)



Jika Tari Kancet Pepatay menggambarkan kejantanan dan keperkasaan pria Dayak Kenyah, sebaliknya Tari Kancet Ledo menggambarkan kelemahlembutan seorang gadis bagai sebatang padi yang meliuk-liuk lembut ditiup oleh angin.
Tari ini dibawakan oleh seorang wanita dengan memakai pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dan pada kedua tangannya memegang rangkaian bulu-bulu ekor burung Enggang. Biasanya tari ini ditarikan diatas sebuah gong, sehingga Kancet Ledo disebut juga Tari Gong.

Tari Kancet Papatai / Tari Perang (SENI BUDAYA DAYAK)



Tarian ini menceritakan tentang seorang pahlawan Dayak Kenyah berperang melawan musuhnya. Gerakan tarian ini sangat lincah, gesit, penuh semangat dan kadang-kadang diikuti oleh pekikan si penari.
Dalam tari Kancet Pepatay, penari mempergunakan pakaian tradisionil suku Dayak Kenyah dilengkapi dengan peralatan perang seperti mandau, perisai dan baju perang. Tari ini diiringi dengan lagu Sak Paku dan hanya menggunakan alat musik Sampe.

tari gantar-(SENI TARI DAYAK)



Tarian yang menggambarkan gerakan orang menanam padi. Tongkat menggambarkan kayu penumbuk sedangkan bambu serta biji-bijian didalamnya menggambarkan benih padi dan wadahnya.
Tarian ini cukup terkenal dan sering disajikan dalam penyambutan tamu dan acara-acara lainnya.Tari ini tidak hanya dikenal oleh suku Dayak Tunjung namun juga dikenal oleh suku Dayak Benuaq. Tarian ini dapat dibagi dalam tiga versi yaitu tari Gantar Rayatn, Gantar Busai dan Gantar Senak/Gantar Kusak.

Senin, 11 Oktober 2010

TARI PIRING DARI SUMATERA BARAT


Tarian Piring (Minangkabau: Tari Piriang) merupakan sebuah seni tarian milik orang Minangkabau yang berasal dari Sumatra Barat. Ia merupakan salah satu seni tarian Minangkabau yang masih diamalkan penduduk Negeri Sembilan keturunan Minangkabau.

Tarian ini memiliki gerakan yang menyerupai gerakan para petani semasa bercucuk tanam, membuat kerja menuai dan sebagainya. Tarian ini juga melambangkan rasa gembira dan syukur dengan hasil tanaman mereka. Tarian ini merupakan tarian gerak cepat dengan para penari memegang piring di tapak tangan mereka, diiringi dengan lagu yang dimainkan oleh talempong dan saluang. Kadangkala, piring-piring itu akan dilontar ke udara atau pun dihempas ke tanah dan dipijak oleh penari-penari tersebut. Bagi menambah unsur-unsur estetika , magis dan kejutan dalam tarian ini, penari lelaki dan perempuan akan memijak piring-piring pecah tanpa rasa takut dan tidak pula luka. Penonton tentu akan berasa ngeri apabila kaca-kaca pecah dan tajam itu dipijak sambil menarik.

Jumat, 08 Oktober 2010

TARI JAIPONG DARI JAWA BARAT




Jaipongan adalah sebuah genre seni tari yang lahir dari kreativitas seorang seniman asal Bandung, Gugum Gumbira. Perhatiannya pada kesenian rakyat yang salah satunya adalah Ketuk Tilu menjadikannya mengetahui dan mengenal betul perbendaharan pola-pola gerak tari tradisi yang ada pada Kliningan/Bajidoran atau Ketuk Tilu. Gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid dari beberapa kesenian di atas cukup memiliki inspirasi untuk mengembangkan tari atau kesenian yang kini dikenal dengan nama Jaipongan.

Sebelum bentuk seni pertunjukan ini muncul, ada beberapa pengaruh yang melatarbelakangi bentuk tari pergaulan ini. Di Jawa Barat misalnya, tari pergaulan merupakan pengaruh dari Ball Room, yang biasanya dalam pertunjukan tari-tari pergaulan tak lepas dari keberadaan ronggeng dan pamogoran. Ronggeng dalam tari pergaulan tidak lagi berfungsi untuk kegiatan upacara, tetapi untuk hiburan atau cara gaul. Keberadaan ronggeng dalam seni pertunjukan memiliki daya tarik yang mengundang simpati kaum pamogoran. Misalnya pada tari Ketuk Tilu yang begitu dikenal oleh masyarakat Sunda, diperkirakan kesenian ini populer sekitar tahun 1916. Sebagai seni pertunjukan rakyat, kesenian ini hanya didukung oleh unsur-unsur sederhana, seperti waditra yang meliputi rebab, kendang, dua buah kulanter, tiga buah ketuk, dan gong. Demikian pula dengan gerak-gerak tarinya yang tidak memiliki pola gerak yang baku, kostum penari yang sederhana sebagai cerminan kerakyatan.

Seiring dengan memudarnya jenis kesenian di atas, mantan pamogoran (penonton yang berperan aktif dalam seni pertunjukan Ketuk Tilu/Doger/Tayub) beralih perhatiannya pada seni pertunjukan Kliningan, yang di daerah Pantai Utara Jawa Barat (Karawang, Bekasi, Purwakarta, Indramayu, dan Subang) dikenal dengan sebutan Kliningan Bajidoran yang pola tarinya maupun peristiwa pertunjukannya mempunyai kemiripan dengan kesenian sebelumnya (Ketuk Tilu/Doger/Tayub). Dalam pada itu, eksistensi tari-tarian dalam Topeng Banjet cukup digemari, khususnya di Karawang, di mana beberapa pola gerak Bajidoran diambil dari tarian dalam Topeng Banjet ini. Secara koreografis tarian itu masih menampakan pola-pola tradisi (Ketuk Tilu) yang mengandung unsur gerak-gerak bukaan, pencugan, nibakeun dan beberapa ragam gerak mincid yang pada gilirannya menjadi dasar penciptaan tari Jaipongan. Beberapa gerak-gerak dasar tari Jaipongan selain dari Ketuk Tilu, Ibing Bajidor serta Topeng Banjet adalah Tayuban dan Pencak Silat.

Kemunculan tarian karya Gugum Gumbira pada awalnya disebut Ketuk Tilu perkembangan, yang memang karena dasar tarian itu merupakan pengembangan dari Ketuk Tilu. Karya pertama Gugum Gumbira masih sangat kental dengan warna ibing Ketuk Tilu, baik dari segi koreografi maupun iringannya, yang kemudian tarian itu menjadi populer dengan sebutan Jaipongan.

ONDEL-ONDEL DARI JAKARTA


Ondel-ondel adalah bentuk pertunjukan rakyat Betawi yang sering ditampilkan dalam pesta-pesta rakyat. Nampaknya ondel-ondel memerankan leluhur atau nenek moyang yang senantiasa menjaga anak cucunya atau penduduk suatu desa.

Ondel-ondel yang berupa boneka besar itu tingginya sekitar 2,5 meter dengan garis tengah ± 80 cm, dibuat dari anyaman bambu yang disiapkan begitu rupa sehingga mudah dipikul dari dalamnya. Bagian wajah berupa topeng atau kedok, dengan rambut kepala dibuat dari ijuk. Wajah ondel-ondel laki-laki biasanya dicat dengan warna merah, sedangkan yang perempuan warna putih. Bentuk pertunjukan ini banyak persamaannya dengan yang ada di beberapa daerah lain.



Di Pasundan dikenal dengan sebutan Badawang, di Jawa Tengah disebut Barongan Buncis, sedangkan di Bali lebih dikenal dengan nama Barong Landung. Menurut perkiraan jenis pertunjukan itu sudah ada sejak sebelum tersebarnya agama Islam di Pulau Jawa.

Semula ondel-ondel berfungsi sebagai penolak bala atau gangguan roh halus yang gentayangan. Dewasa ini ondel-ondel biasanya digunakan untuk menambah semarak pesta- pesta rakyat atau untuk penyambutan tamu terhormat, misainya pada peresmian gedung yang baru selesai dibangun. Betapapun derasnya arus modernisasi, ondel-ondel masih bertahan dan menjadi penghias wajah kota metropolitan Jakarta.