Rabu, 21 April 2010

Proses Rapid Prototyping

Langkah pertama dalam rapid prototyping adalah validasi model tiga dimensi CAD
suatu parts, seperti memastikan bentuknya solid. Model yang sudah valid kemudian
diorientasikan terhadap ruang pembuatan, dengan mempertimbangkan waktu pembuatan dan
kualitas permukaan. Beberapa model dapat digabung menjadi satu bangunan asembly untuk
efisiensi penggunaan mesin dan material. Berdasarkan pada persyaratan prosesnya, jika
diperlukan, dukungan struktur dapat ditambahkan ke model. Setelah validasi, kemudian
model dipotong dengan bidang horisontal. Tiap bidang horisontal menghasilkan bidang
potong sebagai penentu trajectory untuk mengontrol proses sintering/solidifikasi dan proses
deposisi pada area tertentu untuk membangun lapis demi lapis struktur 3 dimensi.


Perencanaan proses dilakukan untuk memilih parameter proses dan pembuatan
instruksi control untuk fabrikasi parts. Umumnya desainer menyelesaikan perencanaan
proses dengan mempelajari part dan persyaratan kualitas, yang tentunya sangat memakan
waktu.
Oleh karena itu, disini butuh untuk otomatisasi proses. Ini dapat dicapai dengan
manghubungkan pemahaman desainer dan membuat keputusan dengan proses fisik untuk
membuat parts dengan kualitas yang diinginkan. Otomasi perencanaan proses juga salah satu

tujuan dasar RP [2], yaitu
1. Untuk membuat bentuk 3D complek
2.Untuk menggunakan mesin fabrikasi generic yang tidak membutuhkan part fixture
khusus atau tooling.
3. Untuk membuat perencanaan proses secara otomatis didasarkan pada model CAD
4. Untuk meminimalkan kesalahan manusia

Sebagain besar aplikasi dari rapid prototyping ini digunakan untuk direct tooling,
yaitu pengembangan proses pembuatan produk, seperti diilustrasikan pada gambar 1. Dengan metode ini maka biaya produksi dan waktu produksi dapat ditekan dengan bantuan model 3 dimensi yang akan memberikan masukan atau input permasalahan yang mungkin timbul
dalam proses manufakturingnya. Alat peraga merupakan media komunikasi efektif dalam dunia bisnis, dimana konsumen dapat berinteraksi langsung dengan barang atau produk yang ingin dibeli sehingga akan meningkatkan kepuasan konsumen.

Dalam beberapa kasus model 3-dimensi (3D) dimanfaatkan untuk simulasi untuk
process pembedahan craniofaciall, orthog-naptic, preprosthetic, dental implant. dan
orthopedic[4]. Hal ini bermanfaat untuk perencanaan process pembedahan tersebut sehingga diperoleh proses pemulihan yang lebih optimal. Proses operasi pembedahan adalah hal yang sulit dan rumit dan memerlukan perhatian banyak aspek, oleh karena itu diperlukan simulasi untuk menentukan rencana pembedahan dengan menggunakan alat peraga yang sama seperti anatomi pasien. Simulasi ini juga diperlukan untuk mengantisipasi kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi.

Salah satu teknik yang dapat membantu membuat alat peraga untuk simulasi yang
identik dengan anatomi pasien adalah proses rapid prototyping. Teknik ini pada lebih dikenal dengan istilah medical rapid prototyping (MRP) karena diaplikasikan dalam bidang medis atau kedokteran. MRP ini diperkenalkan pertama diperkenalkan oleh makkowich dan tim
pada tahun 1990[4]. Perkembangan teknik ini didukung dengan dengan peningkatan pada
teknologi pencitraan pada bidang kedokteran, perangkat keras komputer (hardware) dan
program pemroses gambar 3D (software), teknologi manufaktur dan teknologi pembedahan (surgery).

Tidak ada komentar: