Karakteristik minyak pelumas
a. Viskositas / Kekentalan
Viskositas yang tinggi menghasilkan tahanan yang tinggi bagi pelumas untuk mengalir, sebaliknya apabila viskositas rendah maka minyak pelumas semakin mudah mengalir. Perubahan viskositas berbanding terbalik dengan temperatur. Viskositas
juga dipengaruhi oleh tekanan, semakin tinggi tekanan mengakibatkan viskositas
pelumas meningkat dan load-carrying capacity dari pelumas juga meningkat. Loadcarrying capacity meningkat pula apabila kecepatan operasi mesin ditingkatkan.
Terdapat dua metode untuk mengukur viskositas pelumas, yaitu :
• Metode Shear
Viskositas ditentukan dengan mengukur secara langsung shear stress dan shear
rate. Hasil pengukuran ini dinyatakan dalam centipoise (cP) yang mengacu
pada viskositas absolut atau dinamis. Dalam industri pelumas pada umumnya
menggunakan viskositas kinematik, yaitu viskositas absolut dibagi dengan
massa jenis dari pelumas. Viskositas kinematik dinyatakan dalan centistokes
(cSt) dan secara konvensional diberikan dalam dua suhu standar : 40 0C dan 100
0C (104 0F dan 212 0F).
• Metode Waktu
Viskositas ditentukan dengan mengukur waktu yang diperlukan pelumas untuk
mengalir melalui sebuah orifice standar pada suhu standar. Viskositas kemudian
dinyatakan dalam satuan SUS (Saybolt Universal Seconds) dan secara
konvensional dilakukan pada dua kondisi suhu : 37 0C dan 98 0C (100 0F dan
210 0F).
b. Indeks Viskositas
Indeks Viskositas umumnya dikenal dengan VI (Viscosity Index), yaitu skala
nomor yang mengindikasikan perubahan viskositas pelumas terhadap perubahan suhu.
Indeks Viskositas dapat dikelompokkan sebagai berikut : Low VI – di bawah 35,
Medium VI – 35 sampai 80, High VI – 80 sampai 110 dan Very High VI – di atas
110. Indeks Viskositas tinggi mengindikasikan perubahan viskositas pelumas yang
kecil terhadap peningkatan suhu, dan begitu sebaliknya.
c. Pour Point
Pour point adalah temperatur terendah dimana minyak pelumas masih dapat
mengalir. Hal ini sangat penting untuk pelumas yang bekerja pada kondisi temperatur
rendah. Pada umumnya, untuk memilih minyak pelumas dengan pour point 10 0C
(200F) lebih rendah dari suhu sekitar yang paling rendah.
d. Cloud Point
Cloud point adalah suhu dimana bahan padatan yang larut dalam pelumas mulai
membentuk dan terpisah dari pelumas. Apabila suhu turun, bahan terlarut dalam
pelumas akan membentuk kristal sehingga dapat menyumbat saringan oli pada mesin.
e. Flash Point dan Fire Point
Flash point adalah suhu yang paling rendah dimana minyak pelumas harus
dipanaskan sebelum terjadi penguapan, ketika dicampur dengan udara akan menyala
(terbakar) tetapi proses pembakarannya tidak berkelanjutan.
Fire point adalah suhu dimana proses pembakaran berlangsung secara terus-menerus.
Kedua sifat di atas berfungsi untuk menentukan kemudahan terjadinya penguapan
pada minyak pelumas dan tahanan pembakarannya.
f. Angka Netralisasi
Angka netralisasi adalah pengukuran banyaknya potasium hidroksida yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam yang terkandung dalam minyak pelumas. Angka
ini mengindikasikan masa pakai dari minyak pelumas dan dapat digunakan untuk
menentukan kapan minyak pelumas harus diganti.
g. Emulsifikasi dan Demulsifikasi
Kemampuan untuk bercampur atau memisahkan diri dengan air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar